Selasa, 13 Januari 2009

Pengaruh Pemanasan Iklim Global terhadap Populasi Beruang Kutub

Abstract

Beruang Kutub atau dalam nama ilmiahnya Ursus maritimus adalah mamalia besar dalam aturan marga, famili Ursidae. Beruang kutub termasuk spesies circumpolar yang terdapat di dan sekitar Arktik dan adalah hewan mamalia daratan terbesar. Beruang kutub sangat bergantung pada laut es sebagai habitatnya. Es digunakan oleh beruang kutub sebagai tempat berburu dan memangsa anjing laut, sebagai habitat untuk mencari pasangan dan mendapatkan keturunan, sebagai sarana mencapai wilayah sarang, dan sebagai tempat untuk melakukan pergerakan jarak jauh. Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim, akibatnya berpengaruh terhadap kondisi es di kutub. Es akan cepat mencair dan mempengaruhi populasi anjing laut yang menjadi mangsa beruang kutub. Populasi anjing laut mengalami penurunan dampaknya populasi beruang kutub juga mengalami penurunan.

Kata kunci : Beruang kutub, anjing laut, pemanasan iklim global, laut es, populasi

Pendahuluan

Semakin meningkatnya pemanasan global yang diikuti dengan terjadinya perubahan iklim telah berdampak terhadap berbagai populasi dari mahluk hidup di bumi khususnya binatang mamalia yang hidup ditempat tertentu termasuk beruang kutub. Beruang kutub termasuk keluarga Ursidae seperti beruang lain. Spesiesnya dikenal dengan nama ilmiah Ursus maritimus. Ia mampu hidup sampai usia 30 tahun di alam liar, Beruang kutub adalah mamalia berbulu bening penghuni asli Kutub Utara. Beruang-beruang ini menyukai wilayah dekat perairan es yang bisa ditemukan di wilayah utara Kanada, Greenland dan Rusia, termasuk pulau-pulau di Samudera Arktik. Ia juga bisa ditemukan di perairan Utara Alaska. Spesies beruang kutub (Ursus maritimus) saat ini telah digolongkan sebagai hewan yang sangat rentan terhadap perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global dan secara internasional telah masuk Daftar Merah Hewan Terancam. (climate change, polar bears and international law, Nigel Bangkes), pengaruh pemanasan global telah membuat es di kutub terus berkurang yang tentunya berpengaruh terhadap populasi beruang kutub.

Lapisan es di laut Kutub Utara tampaknya telah mencapai tingkat paling rendah sepanjang tahun 2008 dan tingkat paling rendah kedua yang tercatat sejak kelahiran era satelit. Demikian pengamatan US National Snow and Ice Data Center[1] Tahun-tahun ini ilmuwan telah mengemukakan bahwa peningkatan konsentrasi gas rumahkaca di atmosfer akan menyebabkan iklim permukaan bumi menjadi panas. Pemanasan iklim dapat mempengaruhi tutupan es di Lautan Arctic. Konsekuensi pemanasan iklim ini yaitu diperkirakan dalam 100 tahun ke depan puncak es Arctic akan mencair seluruhnya, sehingga jelas bahwa semakin panas iklim maka es di laut arctic semakin berkurang (Stirling et al. 1993).

Perubahan iklim juga mempengaruhi dinamika ekosistem sepanjang Arctic. Luas, konsentrasi, dan ketebalan es telah menurun sejak tahun 1970an dan perubahan ini dikaitkan dengan pergeseran iklim dalam skala besar, lautan global, dan sirkulasi atmosfer. Perubahan iklim akan mempengaruhi kondisi es, distribusi anjing laut secara berbeda di wilayah Arctic yang berbeda, sehingga respon individu populasi beruang kutub (Ursus maritimus) terhadap perubahan iklim akan berbeda pula (Parks et al. 2006).
Habitat Beruang kutub

Beruang kutub berkembang untuk mengeksploitasi niche es laut dan mampu bertahan pada habitat yang labil ini. Mereka tegantung pada es laut sebagai tempat memangsa anjing laut dan sebagai habitat untuk mencari pasangan dan mendapatkan keturunan. Es laut juga berfungsi sebagai sarana mencapai wilayah sarang dan sarana untuk melakukan pergerakan jarak jauh. Ketersediaan es laut sangatlah kritis terhadap beruang kutub karena menyediakan tempat untuk berburu anjing laut sebagai mangsanya. Anjing laut (Phoca hispida) juga memerlukan es sebagai tempat untuk melahirkan dan membesarkan anaknya. Tutupan es mempunyai efek langsung terhadap distribusi dan kemelimpahan beruang kutub dan anjing laut. Beruang kutub berada pada tingkat paling atas rantai makanan marin arctic. Es merupakan komponen penting bagi lingkungan beruang kutub. Jika terjadi pemanasan iklim, maka dapat diperkirakan bahwa efek awal terukur di dekat batas paling selatan kawasan beruang kutub (Stirling et al. 1993).


Pola Perpindahan Beruang kutub

Pergerakan binatang ini dipengaruhi oleh distribusi dan sumber daya seperti makanan atau habitat pemeliharaan keturunannya, dan dengan struktur fisik bentanglahan. Beruang kutub adalah karnivora non-teritorial yang berjalan sepanjang ribuan kilometer untuk berburu mangsanya yaitu anjing laut (Pusa hispida, Erignathus barbatus). Jarak tahunan yang ditempuh oleh beruang adalah 2080 ± 170 km. Jarak terpendek ditempuh oleh betina soliter yaitu 547 km dan jarak terpanjang ditempuh oleh betina dengan anaknya yaitu 4935 km (Parks et al. 2006).

Saat awal pembekuan es, beruang kutub memiliki rerata pergerakan yang tinggi setiap jamnya, jaring-jaring yang tinggi, home range kecil. Kecapatan penyimpangan es di Hudson Bay tertinggi saat awal pembekuan es dan awal musim dingin yaitu sebesar 0,4 – 0,5 km/jam ke arah tenggara, jadi kemungkinan beruang kutub bergerak lebih cepat dari arah utara yang jelas tampak dari pengamatan lintasannya. Saat musim dingin, beruang bergerak dengan lambat secara acak, meliputi jarak jaring-jaring yang oendek, dan mempunyai home range yang lebih tinggi dibandingkan awal pembekuan es. Berburu menjadi aktivitas utama setelah Bulan Desember. Total jarak perpindahan dan ukuran home range dipengaruhi oleh pembekuan dan pemecahan es (Parks et al.2006).

Pola pergerakan beruang beruang kutub bervariasi dalam dan antar populasi. Variasi dalam populasi dikarenakan oleh kebutuhan energi dari beruang secara individu dan karena kondisi es. Contohnya betina yang didampingi oleh keturunannya memiliki kebutuhan energi yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak. Perubahan iklim pada kondisi es menciptakan habitat yang berbeda tempat beruang harus berpindah dan berburu. Rata-rata pergerakan dan habitat mereka sering berubah seiring dengan perubahan musim/iklim. Perbedaan pergerakan beruang dapat juga dipengaruhi oleh perbedaan produktivitas laut suatu wilayah, distribusi anjing laut, dan tutupan es. Distribusi anjing laut tergantung pada produktivitas lokal. Struktur dan gerak es laut ditentukan oleh pola sirkulasi udara dan air wilayah, fluktuasi temperatur, bathymetry (Parks et al. 2006).

Beruang kutub (Ursus maritimus) betina mendiami es laut yang dinamik menunjukkan pola pergerakan yang tergantung pada musim tertentu. Beruang hanya menunjukkan pergerakan signifikan ketika meninggalkan daratan menuju ke es, dan secara keseluruhan, kelas reproduktif merupakan efek yang kecil untuk arah pergerakan. Beruang kutub yang hidup di dua area yang berbeda memiliki seleksi habitat yang sama, namun berbeda pada pergerakan dan sejarah hidupnya. Contohya beruang kutub yang hidup di kawasan Baffin Bay (76% terdiri dari es laut) menunjukkan pola-pola pergerakan yang teratur dan ukuran range yang lebih luas. Beruang kutub yang hidup di Arctic Archipelago (massa daratan 44%) memiiki ukuran range yang lebih kecil dengan pola-pola pergerakan yang tidak teratur (Ferguson et al. 2000; Mauritzen et.al. 2001; Parks et al. 2006).
Populasi Beruang kutub

Populasi beruang kutub di Hudson Bay bagian barat hidup berdekatan dengan batas beruang kutub bagian utara, karenanya diperkirakan akan lebih cepat terpengaruh oleh perubahan iklim dibandingkan dengan populasi lain. Setiap musim panas, seluruh es laut yang menutupi pantai mencair dan beruang kutub terpaksa ke darat selama beberapa bulan tanpa akses makanan. Ketika es terbentuk di Bulan Oktober dan November, beruang bergerak kembali ke es untuk berburu, dengan pengecualian bagi betina hamil dimana menggali dan masuk ke dalam sarang. Home range beruang kutub berkurang sampai 55% dari 149.576 km2 tahun 1992 menjadi 68.321 km2 tahun 1998 dan positif berkaitan dengan retakan es. Retakan ini diakibatkan oleh letusan Gunungapi Pinatubo pada tahun 1991. Home range bervariasi secara signifikan dengan musim (Parks et al. 2006).


Gambar 2. (Hijau) Peta distribusi beruang kutub di Hudson bay (Terdapat di http://en.wikipedia.org).

Populasi beruang kutub di Hudson Bay relatif stabil tahun 1993, namun perubahan secara konsisten telah terukur. Berat rata-rata beruang kutub betina secara signifikan lebih rendah pada akhir tahun 1980an dibandingkan dengan awal tahun 1980an. Berat rata-rata difleksikan dengan rendahnya rerata reproduksi dan kelangsungan hidup anak beruang. Populasi beruang kutub betina jika mengalami penurunan karena pemanasan iklim, maka populasinya akan berkurang (Stirling et.al. 1993).

Jumlah populasi beruang kutub yang rendah dikarenakan faktor demografi. Unit-unit demografi lebih mudah menyebabkan penurunan populasi disebabkan oleh ketidakteraturan demografi yaitu peningkatan kesempatan dalam bertahan dan bereproduksi secara acak. Efek Allee dapat juga berperan dalam kepunahan rumah tangga beruang kutub untuk populasi yang kecil. Individu beruang kutub kesulitan unutk menemukan pasangan, sehingga rerata pertumbuhan perkapita mendekati atau di bawah nol. Pengaruh pemanasan iklim global pada es laut akan bervariasi berdasarkan garis lintang dan respon ditunjukkan oleh perbedaan populasi beruang kutub yang tidak akan sama pada periode musim yang sama (Stirling et al. 1993; Taylor et al. 2006).

Pembahasan


Menurunnya populasi beruang kutub akibat berkurangnya ketersediaan makanan

Bulan April-Mei, ketika beruang kutub berbiak, beruang betina dewasa terkonsentrasi di habitat dengan ketersediaan makanan yang tinggi, dan beruang jantan tertarik ke daerah ini karena kehadiran betina. Perkawinan sebagian besar terjadi di es laut terbuka. Kumpulan es kutub mendekati ditribusi maksimum tahunan selama masa berbiak (April – Mei), jadi pemanasan global akan berpengaruh negatif terhadap proses berbiak. Beruang kutub yang kembali ke daratan dalam keadaan miskin, artinya energi input ke tubuh berkurang dan berkaitan dengan energi outputnya (Stirling et.al. 1993).
Energi yang dikeluarkan oleh beruang tidak meningkat, maka energi inputnya akan mengalami pengurangan. Penyimpanan lemak merupakan hal kritik bagi kelangsungan hidup beruang kutub. Jumlah lemak yang tersimpan akan menentukan fitness beruang kutub dan menentukan kelangsungan hidup anaknya. Energi input beruang kutub kemungkinan berkaitan dengan penurunan jumlah anjing laut yang menjadi mangsanya. Penurunan jumlah anjing laut dicirikan dengan perubahan iklim Arctic, termasuk meningkatnya temperatur dan presipitasi (hujan atau pencairan es). Anjing laut memerlukan konsentrasi es tahunan yang tinggi dan cukup salju yang turun untuk menjaga kestabilan kelahiran dalam kumpulan es yang lebih sedikit pemangsaan (Parks et al.2006).

Pemanasan iklim akan mempengaruhi secara signifikan terhadap beruang kutub karena pemanasan ini memiliki efek negatif terhadap spesies mangsa utamanya Phoca hispida. Peningkatan presipitasi kemungkinan menyertai pemanasan global. Jika presipitasi meningkat dalam bentuk hujan salju, maka merupakan keuntungan bagi kelangsungan hidup anjing laut. Hujan yang berlebihan ketika anak anjing laut masih berada di sarang, maka efeknya akan sangat mengejutkan bagi populasi anjing laut. Contohnya pada pertengahan April tahun 1979, hujan lebat (terjadi saat bukan musimnya) di tenggara Pulau Baffin menyebabkan atap sarang menjadi runtuh. Keadaan ini menyebabkan anak anjing laut dapat terlihat oleh beruang kutub dan rubah arctic (Alopex lagopus). Tampaknya pemanasan iklim secara signifikan meningkatkan frekuensi curah hujan saat anak anjing laut berada di sarangnya. Kondisi ini meningkatkan jumlah pemangsaan anjing laut oleh beruang kutub dan rubah salju, sehingga populasinya menurun dan cukup untuk mengakibatkan penurunan populasi beruang kutub (Stirling et al. 1993).

Faktor lain yang menentukan tingkat pemangsaan beruang kutub adalah peluang menemukan anjing laut. Ketika konsentrasi es tinggi, lubang-lubang bernapas banyak dibuat oleh anjing laut, sehingga beruang kutub menunggu di lubang dan mempunyai peluang tinggi untuk menangkap anjing laut. Setidaknya ada tiga cara pemanasan iklim dapat mempengaruhi keberhasilan berburu anjing laut yaitu mengurangi akses terhadap anjing laut, pengaruhnya terhadap anjing laut dimana mempengaruhi kemelimpahan atau aksesibilitas beruang kutub dan pengaruhnya terhadap produktivitas ekosistem marin (Parks et al. 2006; Stirling et al. 1993).

Kondisi musiman es mempengaruhi penggunaan sarang pelindung oleh beruang kutub betina. Sarang untuk berbiak di Arctic (>60oN) berada pada jarak <20>

Beruang Kutub sebagai Indikator Pemanasan Iklim Global

Beruang kutub berada pada tingkat paling atas rantai makanan di Arctic. Saat pemanasan global, diperkirakan pengaruh yang pertama muncul berada pada batas paling selatan wilayah beruang kutub. Pengaruh ini adapt terukur dengan data historis yang lengkap. Data tentang beruang kutub di Hudson Bay telah dikumpulkan selama 20 tahun. Beruang kutub terus dimonitoring di bagian barat pantai Hudson Bay. Kegiatan ini tidak hanya pada terfokus pada beruang kutub, namun pada sistem marin, kondisi es laut, data meteorologi. Monitoring tersebut diharapkan dapat memberikan data akurat tentang hipotesa beruang kutub sebagai indikator pemanasan global. Pemanasan global juga membuat beruang kutub terpaksa merubah habitat asalnya sehingga memiliki cakupan distribusi yang kecil. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pemanasan global keberlangsungan masa depan beruang kutub sangat lemah (Derocher et al. 2004; Stirling et al. 1993).

Kesimpulan

Perubahan iklim global mempengaruhi kondisi es laut di kutub. Es laut bagi beruaang kutub merupakan tempat berburu dan memangsa anjing laut, sebagai habitat untuk mencari pasangan dan mendapatkan keturunan, sebagai sarana mencapai wilayah sarang, dan sebagai tempat untuk melakukan pergerakan jarak jauh. Pemanasan iklim global memiliki efek negatif terhadap populasi beruang kutub (ursus marimutus), hal ini terlihat dari hilangnya spesies mangsa beruang kutub yaitu Phoca hispida. Populasi Phoca hispida akan menurun, karena tidak memiliki es yang cukup sebagai tempat perlindungan anak-anaknya. Populasi Phoca hispida yang menurun tentunya menyebabkan populasi beruang kutub menurun setiap tahunnya dan ini disebabkan oleh pemanasan iklim global.

Daftar Pustaka

Dechorer, A.E., N.J. Lunn., and I. Stirling. 2004. Polar Bears in a Warming Climate. Integr. Comp. Biol. 44:163-176.

Ferguson, S.H., M.K. Taylor., A. Rosing-Asvid., E.W. Born., and F. Messier. 2000. Relationships Between Denning of Polar Bears and Conditions of Sea Ice. Journal of Mammalogy. 1118-1127.

Ferguson, S.H., M.K. Taylor., and F. Messier. 2000. Influence of Sea Ice Dynamics on Habitat Selection by Polar Bears. Ecology. 761-772.

Wiig. 2001. Space-use Strategies of Female Polar Bears in A Dynamic Sea Ice Habitat..fMauritzen, M., A.E. Derocher., and Canadian Journal of Zoology. 1704-1713.

Parks, E.K., A.E. Derocher., and N.J. Lunn. 2006. Seasonal and Annual Movement Patterns of Polar Bears on The Sea Ice of Hudson Bay. Canadian Journal of Zoology. 1281-1294.

Stirling, I., and A.E. Derocher. 1993. Possible Impacts of Climatic Warming on Polar Bears. Arctic. 240-245.

Taylor, M.K., J. Laake., P.D. McLoughlin., H.D. Cluff., and F. Messier. 2006. Demographic Parameters and Harvest-Explicit Population Viability Analysis for Polar Bears in M’Clintock Channel, Nunavut, Canada. Journal of Wildlife Management. 1667-1673


[1] www.goblue.or.id