Kamis, 02 Juli 2009

Lingkungan Permukiman

Permasalahan lingkungan tidak dapat lepas dari permasalahan permukiman manusia (human settlements), apalagi semakin hari semakin banyak penduduk Indonesia yang tinggal di kawasan perkotaan. Jika pada tahun 2005 sudah terdapat 48,3 persen penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan, maka ”titik salip” di saat jumlah penduduk perkotaan akan lebih banyak daripada penduduk perdesaan diperkirakan akan terjadi di antara tahun 2010-2012. Pada umumnya, semakin besar suatu kawasan permukiman atau perkotaan (baik dari segi jumlah penduduk maupun besaran wilayah) maka semakin besar pula ”beban” lingkungan alam yang ditimbulkannya. ”Beban lingkungan” inilah yang sering disebut sebagai ”tapak ekologis” (ecological footprint). Pendekatan ”tapak ekologis” ini menekankan bahwa keberadaan dan berkembangnya suatu kawasan permukiman atau perkotaan memengaruhi lingkungan melalui tiga cara:

1. mengubah bentang alam;

2. menyedot sumber daya alam untuk mendukung keberadaan, kehidupan dan berkembangnya kawasan permukiman tersebut; serta

3. mengeluarkan limbah padat, cair dan gas yang dapat menciptakan polusi pada alam.

Dari perspektif ”tapak ekologis” ini, kota-kota yang secara internal terlihat ramah secara lingkungan (misalnya bersih dan hijau) dapat saja memiliki dampak lingkungan yang negatif jika terjadi kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan pada tempat-tempat di mana berbagai sumber bahan baku (kayu, pasir, batu, air dan lain-lain) untuk kawasan permukiman tersebut diambil, atau pada tempat-tempat di mana limbah (padat, cair dan gas) dari kawasan permukiman tersebut dibuang.

Secara keseluruhan pembangunan kawasan permukiman dan perkotaan di Indonesia belum mempertimbangkan aspek ”tapak ekologis” ini. Kota-kota umumnya berkembang secara melebar, tidak vertikal dan tidak efisien dalam penggunaan lahan, menciptakan apa yang disebut ”urban sprawl.” Hal ini sudah lama terjadi di kawasan metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), Surabaya dan sekitarnya, Bandung dan sekitarnya, Medan dan sekitarnya serta Semarang dan sekitarnya. Bahkan kota-kota yang lebih kecil pun, seperti Yogyakarta, sudah menunjukkan tanda-tanda sprawling kondisi sangat mengkhawatirkan, antara lain karena pengalihan lahan seringkali terjadi pada lahan-lahan yang sangat subur seperti umumnya di Pulau Jawa dan Sumatera. Kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan pun terjadi di tempat-tempat di mana pasir dan batu (untuk bahan bangunan) ditambang dan kayu ditebang.

Hal yang sama juga terjadi pada tempat-tempat pembuangan akhir sampah-sampah perkotaan yang umumnya terletak di luar batas wilayah administratif kota terkait sehingga menimbulkan konflik antardaerah. Secara regional, pola perkembangan permukiman dan perkotaan pun masih terpusat di Pulau Jawa, di mana 60% dari total penduduk Indonesia menempati wilayah seluas 6% dari total wilayah daratan Indonesia. Berbagai berbagai kebijakan telah diambil untuk mengatasi ketidakseimbangan pola pertumbuhan perkotaan ini, antara lain melalui kebijakan desentralisasi, pengembangan daerah-daerah tertinggal dan lain-lain. Namun karena ketimpangan persebaran prasarana dan sarana (khususnya pendidikan) serta lapangan pekerjaan ini terbentuk melalui proses yang panjang, maka upaya untuk mengimbanginya pun tidak dapat terwujud dalam waktu yang pendek. Yang penting adalah upaya yang terusmenerus untuk memeratakan pembangunan permukiman dan perkotaan. Yang juiga tidak kalah penting adalah diwujudkannya mekanisme (regulasi maupun pasar) yang dapat memitigasi kerusakan yang terjadi di daerah lain akibat dari suatu kehidupan maupun pertumbuhan kawasan permukiman

Kamis, 18 Juni 2009

karst sebagai asset kabupaten gunung kidul

oleh : Prof. Suratman Woro..

1.Pendahuluan

Istilah karst aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang dipakai untuk menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami pelarutan. Tipologi karst dapat dibedakan menjadi (1) holokarst yang berkembang sempurna(2) merokarst yang berkembang kurang sempurna dan (3) platform karst yang ditandai oleh banyaknya kelurusan dan struktur patahan. Selain klasifikasi karst tersebut, terdapat tipologi karst lain yaitu (1) karst terbuka (2) karst tertutup (3) karst tertutup tanah (4) karst terpendam (5) karst tropik dan (6) karst permafrost.

Berdasarkan klasifikasi karst tersebut kawasan karst gunungsewu termasu tipe holokarst tropik dan relatif terbuka (sedikit vegetasi) Kenampakan eksokarst nempak masih dapat diamati seperti lapies, dolin, uvala, lembah kering, tower dan cone karst, sedangkan kenampakan endokarst seperti goa, sungai bawah tanah juga banyak dijumpai. Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul memiliki karakteritik yang spesifik, unik, spektakuler, dan non renewable ecosystem serta decoratif landscape resourcess dengan fragilitas tinggi terhadap risiko kerusakan lingkungan.

Sebagai sumberdaya lingkungan hidup pemanfaatan kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia ,namun kurang diimbangi kegiatan pelestarian ekosistem alamiahnya yang merupakan asset dunua (world herritage). Kegiatan pertanian, pemukiman,pertambangan, pariwisata, peternakan, perkebunan, yang terus berkembang pada lokasi yang tak sesuai dengan kualitas karstnya akan berdampak negatif pada kerusakan ekologisnya. Sebagai asset daerah perlu dikembangkan manfaat potensi yang ada berdasarkan pada zonasi kelas karst. Hal ini dimaksudkan agar dapat dijaga nilai nilai geo-biodiversitas, stabilitas sumberdaya alam dan lingkungan serta sumberdaya ruangnya

2.Potensi Kawasan Karst sebagai Asset Pembangunan

Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7o5’56” LS sampai 8o12’40” LS dan 110o19’33” BT sampai 110o49’50” BT. dengan batas alamiah eksokrast berupa batas kenampakan morfologis, yaitu :

Sebelah utara : Cekungan Wonosari, Pegunungan Baturagung

Sebelah selatan : Samudra Hindia

Sebelah barat : Cekungan Wonosari, Dataran Aluvial Merapi

Sebelah timur : Pegunungan Sewu di Kabupaten Wonogiri

Melihat batas alamiah tersebut di atas dapat diperkirakan luasannya kurang lebih mencakup 741,01 km2.

Potensi kawasan karst yang spesifik dan unik mempengaruhi kondisi dinamika lingkungan hidup dan karakteristik makhluk hidup yang ada termasuk manusia. Berdasarkan analisis potensi kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul dapat di bedakan menjadi :

  1. Sumberdaya alam (natural resources)yang meliputi lahan, mineral, air, tumbuhan dan hewan
  2. Sumberdaya lingkungan (ecological resources) yang meliputi lingkungan eksokars dan endokarst yang berada di zona pantai, zona inti dan sub inti karst
  3. Sumberdaya ruang(spatial resources) meliputi ruang bawah permukaan (goa dan sungai bawah tanah) dan ruang dekat permukaan ( konfigurasi bentang lahan)
  4. Sumberdaya manusia (human resources)yang adaftif dari aspek ekologis, ekonomi dan sosiokultur yang khas
  5. Sumberdaya buatan (man made resources) meliputi sarana dan prasarana kehidupan

Sebagai gambaran umum deskripsi potensi utama kawasan karst yang mendukung kehidupan dan pembangunan daerah adalah sebagai berikut.

a.Potensi Sumberdaya Lahan

Potensi kesesuaian lahan di kawasan karst sangat terbatas peruntukannya karena pembatas ketersediaan air, tanah dan medan. satuan medan. Kualitas lahan pada setiap satuan bentuklahan pada ekosistem karst di Kabupaten Gunung Kidul di tunjukkan pada Tabel berikut.





b.Potensi Sumberdaya Air

Tipe karst Gunung Sewu merupakat aset dunia (world Heritage)di daerah iklim tropik memiliki struktur kekar (joint) yang sangat berkembang ,sehingga daerah ini sangat meluluskan air. Oleh karena itu, di daerah ini tidak terdapat sungai-sungai besar yang dapat dimanfaatkan. Kondisi topografi yang berbukit serta banyak rekahan-rekahan meyebabkan proses solusional berlangsung insentif oleh kerja aliran air permukaan langsung masuk ke dalam tanah dan batuanyang membentuk aliran bawah tanah dan atau telaga. Potensi air yang ada di daerah karst dan potensial dimanfaatkan meliputi air hujan, air permukaan , mata air dan air dari sungai bawah tanah.

Telaga karst (karst lake)di Kabupaten Gunung Kidul dapat diketahui bahwa umumnya memiliki bentuk dan luas yang tidak sama. Keberadaan telaga memberikan sumbangan yang tidak kecil sebagai sumber air di kawasan karst. Telaga ini tersebar di 7 kecamatan (atau 8 kecamatan Paliyan terpisah menjadi 2 kecamatan )




Pemunculan airtanah secara alami dapat berupa mata air (Spring) ataupun berupa rembesan (Seepage). Mata air adalah pemusatan pengeluaran air tanah yang muncul pada permukaan tanah sebagai arus dari aliran air (Tolman). Bila pengeluarannya tidak terpusat membentuk suatu bidang tersebut dengan rembesan (Seepage)

Tabel Jumlah telaga dan mata air menurut kecamatan

No

Kecamatan

Jumlah telaga

Jumlah mata air

1

Panggang

38

13

2

Paliyan

31

-

3

Tepus

45

-

4

Rongkop

91

-

5

Semanu

33

4

6

Ponjong

19

9

7

Semin

-

3

Sumber : Cabang Dinas Sosial Kab. Gunung Kidul, 1996

Pola sebaran hujan yang terjadi umumnya pada bulan Januari merupakan bulan dengan curah hujan tertinggi dan selanjutnya bulan Juli merupakan awal bulan kering. Kemudian curah hujan akan mengalami kenaikan pada Bulan Oktober hingga bulan Desember. Kondisi pola hujan ini berpengaruh pada kegiatan manusia dan kehidupan tumbuhan dan hewan yang ada.

Keterdapatan aliran air sungai bawah tanah terbentuk oleh adanya sistem sungai bawah tanah yang bermuara di Baron (system Baron) dan mungkin masih ada sistem-sistem lain tetapi masih belum dapat dipastikan , misalnya sistem Ngobaran atau mungkin juga sistem Sundak . Sistem Baron ini sendiri masih dapat dipilah-pilah menjadi beberapa sub sistem yang lebih kecil, diantaranya sub sistem Bribin.

Di kawasan karst ini terdapat pula tiga buah pintu masuk sungai bawah tanah perennial, yaitu Sungai Tegoan, Kali Suci dan Kali Serpeng yang kemudian menjadi sungai bawah tanah yang ditunjukkan pada table

Tabel sungai yang masuk ke dalam tanah

No

Nama sungai

Tempat masuk

Debit (lt/dtk)

1

Kali Tegoan

Goa Sumurup

230-260

2

Kali Suci

Goa Suci

160

3

Kali Serpeng

Goa Serpeng

4

4

Kali Petoeng

Goa Jomblangan

200

Sumber : Sir M McDonald & Partner

c.Potensi Sumberdaya mineral

Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak dikelola dengan baik.

Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan pada lahan berbatu gamping.

Batupasir kuarsa gampingan sebagai bahan galian, di jumpai di Dusun Sawit, Desa Gombang Kecamatan Ponjong. Batupasir kuarsa tersingkap seluas lebih kurang 7,5 ha.

Batupasir tufan keterdapatannya mirip dengan batupasir, bahkan bahan ini lebih merata sebarannya di pegunungan selatan. Secara morfologi, bahan menempati topografi berlereng curam, berkisar dari 40% sampai hamper 78%.

Bahan galian klasedon ditemukan terbatas di Dusung Plarung (Sawahan Kecamatan Ponjong). Bahan ini terbentuk pada Pegunungan Selatan, berlereng curam dengan sudut lereng 40-45%.

Bahan galian batugamping keras (bedhes) putih dijumpai di Kecamatan Ponjong. Di daerah kecamatan Ponjong, bedhes di jumpai di Desa Gombang, Sidorejo, Bedoyo, Kenteng, Sumbergiri, Tambakromo, Sawahan, Umbulrejo dan Ponjong. Bahan ini dijumpai pada morfologi bukit-bukit karst dengan sudut lereng rerata sekitar 65%.

Batugamping keras merah (tidak terpetakan) dijumpai di Dusun Kluthuk (Desa Sawahan Kecamatan Ponjong). Seperti halnya bedhes putih, bedhes merah ini terbentuk pada kerucut karst.

Bahan galian batugamping lunak (keprus) terdapat diseluruhnya di bagian wilayah Kecamatan Ponjong. Daerah sebarannya meliputi Desa Gombang, Bedoyo, Kenteng, Karangasem, Ponjong dan Sumbergiri.

Bahan galian kalkarenit dijumpai di wilayah Kecamatan Ponjong di sekitar kota kecamatan. Secara morfologi, daerah sebaran kalkarenit merupakan wilayah nyaris datar dengan sudut lereng sekitar 6 % hingga wilayah bergelombang dengan sudut lereng maksimal hampir 25%.

Bahan galian kalsit terbentuk di beberapa lokasi seperti di Desa Sawahan, Tambakromo dan Kenteng. Beberapa dusun yang potensial terdapat kalsit adalah Dusun Sendang dan Plarung, Dusun Tambakromo, Klumpit, Pijenan , Kanigoro, dan Dusun Kenteng.

Bahan galian fosfat dijumpai hanya di satu lokasi, yaitu Dusun Sladi Desa Sumbergiri kecamatan Ponjong, pada Gua Lawa. Bahan ini terdapat di dasar gua. Ketebalan lapisan bahan ini maksimal 5 m, minimal 1,5 m. tebal tanah penutup maksimal 50 cm. warna bahan galian ini coklat kehitaman dan setelah menjadi tepung dalam keadaan kering berwarna coklat tua.

d.Sumberdaya hayati

Tanaman pada kawasan karst Gunung Sewu dapat dibedakan menjadi :

  1. Tanaman semusim seperti ketela, jagung, padi gogo,
  2. Tanaman keras penghasil kayu seperti jati, mahoni
  3. Tanaman penghasil buah seperti pisang, mangga, srikaya
  4. Tanaman lain yang berupa semak

Kawasan karst Gunung Sewu mempunyai nilai penting sebagai habitat burung, selain karena kekayaan jenis burung yang ada juga karena kepentingan dari segi konservasi maupun ekonomi. Jenis yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah wallet (aeroaramus fluaphagus) Selain burubg terdapat beberapa jenis binatang seperti

Kelelawar,ular,binatang binatang ternak piaraan dan binatang lainnya

3. Masalah yang dihadapi

  1. Bahaya lingkungan karst (karstic environmental hazard) yang ditandai oleh adanya bencana kekeringan secara periodik (5 – 9 bulan) yang berakibat pada kesulitan air untuk tanaman, hewan dan manusia. Kekurangan pangan dan gizi bisa terjadi dan mengganggu kesehatan manusia terutama di musim kemarau panjang. Produktivitas lahan pertanian sangat terbatas dan pendapatan masyarakat rendah sehingga dijumpai beberapa keluarga prasejahtera (miskin)
  2. Kekritisan lahan yang terjadi oleh tanah yang amat mudah mengalami erosi terutama di bukit karst yang sudah gundul. Indikator lahan kritis ditunjukan oleh hilangnya lapisan tanah penutup batuan dan munculnya singkapan batuan yang amat luas. Pada umumnya pengundulan lahan perbukitan sebagai akibat penebangan pepohonan oleh manusia dalam upaya ekstensifikasi lahan pertanian atau pertambangan.
  3. Bahaya lingkungan sosial terjadi oleh pengaruh bahaya lingkungan fisikal. Apabila penduduk di lingkungan karst mengalami kesulitan air, pangan, dan penghasilan maka ada kemungkinan mengalami stres dan rentan terhadap penyakit dan kematian. Dalam hal ini masih ada peristiwa bunuh diri. Pada tahun 1965 dampak kekeringan berakibat pada meningkatnya kematian dan urbanisasi penduduk ke kota seperti Jakarta, Yogyakarta
  4. Konflik pemanfaatan sumberdaya alam terjadi sebagai akibat tidak adanya produktivitas lahan pertanian yang mencukupi kebutuhan manusia di kawasan karst secara berkelanjutan sehingga muncul kegiatan alternatif seperti pertambangan, penebangan pohon untuk konservasi. Masalah ini memang dapat terjadi dalam jangka panjang sebagai bentuk mempertahankan kehidupan mereka. Namun demikian bila masalah ini tidak di atasi dapat menimbulkan kritis air dan kerusakan lingkungan hidup
  5. Penurunan kualitas lingkungan dan sumberdaya alam diindikasikan adanya telaga yang kering semakin banyak, debit air sungai bawah tanah menurun, pencemaran air dan udara, kerusakan lahan. Berkurangnya spesies tumbuhan dan satwa khas, kerusakan eksokarst dan endokarst yang perlu di lindungi

4. Pengembangan Asset Strategis kawasan karst

Asset kawasan karst dapat dibedakan berdasarkan tipologi ekosistem karst dan subsistem regional penyangga kehidupan manusia dan pembangunan wilayah di lingkungan karst.

Dalam identifikasi asset kawasan karst dapat ditetapkan berdasarkan pada analisis zona inti karst (sebagai karst kelas I) dan sub inti karst ( sebagai karst kelas II), sedangkan sub sistem sungai bawah tanah, dan keunikan landscape karst pantai serta eksokarst unik ( sungai purba, bukit dan lembah karst) merupakan asset alam yang bersifat lokal.

a. Asset karst bertaraf dunia

Asset karst yang bertaraf dunia terdapat di zona inti karst kelas I yang merupakan kawasan karst tropik yang berkembang pada batuan yang tebal dan perlu di teliti untuk di tetapkan sebagai warisan alam nasional dan mungkin internasional. Pengembangan asset ini perlu di lengkapi adanya monument alam karst, museum dan pusat informasi lingkungan karst tropik ( PILKAT) Gunungsewu. Pengelolaan kawasan ini memiliki prospek untuk mendukung kepariwisatan, pendidikan, kehutanan,perkebunan, lingkungan dan sumber alam, industri jasa yang merupakan inti pendorong pembangunan wilayah di Kabupaten Gunungkidul. Keunikan alam yang spektakuler dari bentangan karst gunungsewu perlu di kembangkan bersama dengan keunikan dan kelangkaan ekosistem gumukpasir Barchan di Parangtritis dan potensi gunungapi Merapi yang khas dengan erupsi wedusgembelnya (merapian type). Potensi lingkungan dan alam ini merupakan tiga keajaiban fenomena alam yang belum tergarap dengan baik secara komprehensif. Apabila asset alam ini tidak segera di tetapkan model pengelolaannya, kemungkinan kedepan akan terdegradasi secara pelan pelan dan akhirnya warisan alam ini rusak.

b. Asset karst bertaraf regional

Beberapa asset karst penting yang berpengaruh secara regional adalah sistem sungai bawah tanah Bribin Baron, Ngobaran, dan bentangan pantai karst mulai dari Parangtritis sampai pantai Sadeng. Selain itu masih terdapat kenampakan eksokarst dan endokarst yang memiliki peran lokal. Sumberdaya mineral merupakan non renewable resourcess yang potensial secara regional akan tetapi memiliki dampak negatif regional tertinggi terhadap kelestarian sumberdaya alam lainnya dan lingkungan hidup.Beberapa kegitatan eksploitasi kawasan karst yang sudah berlangsung adalah pertanian, pariwisata, peternakan, permukiman, pertambangan, industri, perkebunan, kehutanan. Tumpang tindih pemanfaatan kawasan ini perlu di minimalisasi agar pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

5. Prinsip Pengelolaan Asset Karst di Kabuaten Gunungkidul

Permukiman

Keberadaan permukiman merupakan factor yang tidak boleh diabaikan dalam pengembangan kawasan karst. Permukiman di ekosistem karst kabupaten gunungkidul tidak tersebar merata di seluruh wilayah. Kecamatan yang mempunyai permukiman agak padat (400-600 jiwa/km2) di daerah penelitian adalah Ponjong, sebagian kecamatan semanu dan kecamatan paliyan, sedangkan kecamatan rongkop, tepus dan panggang mempunyai kepadatan permukiman rendah (200-400 jiwa/km2)

Kamis, 28 Mei 2009

ekologi bentang lahan

Ekologi

Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel, seorang pakar biologi jerman pada tahun 1869, ekologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi, khususnya mempelajari keterkaitan dan jaringan dari segenap unsur kehidupan, di dalam ekologi, sistem kehidupan yang terkait merupakan suatu sistem ekologi yang utuh dan menyeluruh, yang didalamnya terdapat saling ketergantungan antara setiap unsur dengan dan faktor kehidupan. Salah satu unsur ataupun salah satu faktor tidak dapat berdiri sendiri. Istilah ekologi ditinjau secara terminologis berasal dari dua kata dalam bahasa yunani, yakni oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Jika diberi makna secara harfiah, ekologi berarti ilmu tentang mahluk hidup dalam rumahnya, atau dapat diartikan sebagai ilmu rumah tangga mahluk hidup
Secara definitif ekologi berarti ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Studi ekologi meliputi berbagai bidang, seperti

  • Studi ekologi sosial, sebagai suatu studi terhadap relasi sosial yang berada di tempat tertentu dan dalam waktu tertentu dan yang terjadinya oleh tenaga-tenaga lingkungan yang bersifat selektif dan distributif
  • Studi ekologi manusia sebagai suatu studi tentang inteaksi antara aktivitas manusia dan kondisi alamStudi ekologi fisis sebagai suatu studi tentang lingkungan hidup dan sumber daya alamnya
  • Studi ekologi biologis sebagai suatu studi tentang hubungan timbal balik antara mahluk hidup. Terutama hewan dan tumbuh-tumbuhan, dan lingkungannya

Batasan ekologi masih bersifat umum, pengertian mahluk hidup didalamnya termasuk manusia. Sering kali terdapat pendapat beberapa pakar adanya persamaan kajian ekologi dengan ekonomi, yakni pada aspek rumah tangga mahluk hidup. Namun pada dasarnya terdapat perbedaan yang terletak pada

a. Arah kajian : pada ekologi mempertanyakan bagaimana rumah tangga mahluk hidup, sedangkan pada ekonomi menekankan pada pertanyaan bagaimana pengelolaan rumah tangga

b. Jenis rumah tangga mahluk hidup, dalam ekologi mencangkup semua jenis mahluk hidupm sedangkan dalam ekonomi terbatas pada mahluk hidup manausia.

Ekologi menurut habitat

· Bahari/kelatutan

  • Perairan tawar
  • Darat/teresterial
  • Ekologi estuaria (muara sungai)

· Padang rumput

  • Ekologi (taksonomi)

· Ekologi tumbuhan

· Ekologi hewan, binatang, serangga dan burung

· Ekologi mikrobia/jasad remik

Asas ekologi

· Dimanapun suatu orgaisme ada tidak aka dapat hidup mandiri, untuk hidupnya suatu organisme memerlukan organisme lain/lingkungannya

· Lingkungan diperlukan organisme untuk makan, lindungan, pertumbuhan, kembang biak, dll

Dari asas ekologi diatas maka apabila terjadinya perubahan terhadap lingkungan itu maka ekosistemnya ikut berubah.

Ekosistem adalah : hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dan lingkungannya, baik unsur tidak hidup maupun unsur hidup (ekologi), menurut UU tentang pengelolaan lingkungan hidup ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup

Ada dua bentuk ekosistem yang penting. Yang pertama adalah ekosistem alamiah (natural ecosystem) dan yang kedua adalah ekosistem buatan (artifical ecosystem) hasil kerja manusia terhadap ekosistemnya. Didalam ekosistem alamiah akan terdapat heterogenitas yang tinggi dari organisme hidup disana sehinga mampu mempertahankan proses kehidupan didalamnya dengan sendirinya. Sedang ekosistem buatan akan mempunyai ciri kurang keheterogenitasnya sehingga bersifat labil dan untuk membuat ekosistem tersebut tetap stabil, perlu diberikan bantuan dari luar yang juga harus diusahakan oleh manusianya, agar berbentuk suatu usaha maintenance atau perawatan terhadap ekosistem yang dibuat itu.

Pembagian ekologi

1. Autekologi : ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies) organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya biasanya tekanannya pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasites, dll

2. Sinekologi : ekologi yang mengkaji berbagi kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam sutau daerah tertentu, ekologi jenis, ekologi populasi

Konsep dasar ekologi minimal ada 4 : keanekaragaman/diversity, produktivitas, stabilitas, keberlanjutan/sustainable dimana batas dari ekologi adalah habitat dan batas ekosistem adalah landscape/bentang lahan

Ideologi ekologi : penjabaran falsafah ekologi untuk menumbuhkan kesadaran ekologi sehingga melahirkan tindakan ekologi, tindakan ekologi dalam kehidupan sehari-hari akan menciptakan kesadaran diri sendiri (internally driven) berdasrkan kearifan lokal

Dari penjelasan diatas diketahui bahwa ekologi terdiri dari

1. Spesies & populasi

2. Habitat & komunitas (kumpulan populasi)

3. Ekosistem (gabungan banyak komunitas)

4. Frekuensi (kerap/tidak kerapnya)

5. Nilai penting (hewan/tumbuhan disuatu tempat yang menjadi maskot)

6. Keanekaragaman (jumlah spesies di suatu tempat)

7. Kemelimpahan (jumlah individu per jenis)

8. Distribusi (penyebaran)

Lingkungan : keadaan di sekitar kita, atau kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup yang lain.

Lingkungan hidup disusun oleh 3 komponen A, B, C

1. A-Abiotic environment atau lingkungan fisik terdiri dari unsur-unsur air, udara, lahan, dan energi serta bahan mineral terkandung di dalamnya

2. B-Biotic environment atau lingkungan hayati terdiri dari unsur-unsur hewan, tumbuhan dan margasatwa kainnya serta bahan baku hayati industri

3. C-Cultural environment atau lingkungan kultural SOSEKBUD terdiri dari unsur-unsur sistem-sistem sosial, ekonomi, dan budaya serta kesejahteraan

Dimana, Ketiga komponen lingkungan hidup saling berkaitan

Masalah lingkungan :

1. Natural environment hazard : geophysical, climatic & meteorologic, geologic & geomorphologic, biologic floral & faunal

Geophysical aspects :

a. Klimatologi dan meteorologi : banjir, kekeringan, asap/awan, badai/cyclone, kebakaran,

b. Geologi & geomorfologi : debris, gempa bumi, erosi, sedimentasi, tanah longsor, tsunami, letusan gunung api.

Biologi aspect :

a. Floral : penyakit jamur, toksik/keracunan, penyakit tanaman

b. Faunal : bakteri & viral, gigitan binatang, penyakit binatang

c. Human aspect

2. Human environment disturbances : illegal logging/tambang liar, efek rumah kaca, penembusan lapisan ozon, hujan asam, dll.

Ekologi bentang lahan

Ekologi bentang lahan pertama kali diperkenalkan oleh geograf dari jerman bernama carl troll yang menggunakan istilah geo-ecology, dia memandang ekolog bentanglahan sebagai perkawinan antara geografi dengan biologi (ecology). Ekologi bentanglahan merupakan disiplin ilmu yang meletakkan dasar geosfer sebagai kunci dari lingkungan komunitas vegetasi, hewan dab manusia. Ada beberapa pendekatan yaitu

1. Phytocentric approach yang menekankan pada hubunga timbal balik antara bentanglahan dengen vegetasi

2. Zoocentric approach yang menekankan pada hubungan timbal balik antara komunitas hewan dengan bentanglahan

3. Antropocentric approach yang menekankan pada responsibility dan hubungan antara manusia dengan bentanglahan,

Pendekatan phytocentric dengan zoocentric disebut sebagai pendekatan biosentrik (biocentric approach)

Kamis, 26 Februari 2009

Gigi - Bumi Meringis


GIGI - Bumi Meringis


Suara tangis yang merintih


Tanda bumi sedang menagis


Langit merah di atas sana


Kesaksian alam semeesta


Jalan pikiran manusia


selalu ada perbedaan


Kekuasaan, kenistaan


Yang akan menjadi malapetaka


Dan lihatlah wajah mereka


Bagaikan rasa yang terbuang


Hampir semua tak percaya


Bagaikan rasa yang terbuang


Hampir semua tak percaya


Keadaan yang semestinya


Hingga hilang ditelan gelap


Dan matahari pun terlelap


Reff:


Hilang


Hampa


Bias melayang


Hancur


Musnah


Alam pun murka



Lirik lagu Gigi - Bumi Meringis ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Gigi - Bumi Meringis.